Friday, May 6, 2011

SYARIAT, TEORI, DAN HAKIKAT

Bismillahirrahmannirrahim.. ..
Tak terasa kehidupan telah lama aku jalani, sepertinya dulu pohon-pohon di pinggiran rumahku masih kecil dan masih terlihat seperti bibit, tapi waktu merubah pohon-pohon itu tumbuh besar dan telah menghasilkan buah berkali-kali, sungguh cepat waktu berlalu, namun aku belum melihat senyum indah nan syahduMu, Tuhan. Tuhan, aku ingin menulis apa yang aku miliki apakah nanti tulisanku benar menurutmu, ataukah salah menurutmu, jujur perjalanan ini masih terus aku jalani Tuhan, walau pohon-pohon itu telah tumbuh berbuah dan bermanfaa bagi manusia, tapi aku tidak boleh menyerah dan harus terus menujuMu, Tuhan. Terimalah persembahanku dan bimbinglah aku selalu, Tuhan.
Aku melihat dan mendengar gemuruh di mana-mana dikala itu, suara itu seolah mengaung-ngaung keseluruh pelosok nusantara, suara itu ternyata berwujud “syariat”. Fakta social mengatakan bahwa tidak sedikit umat Muhammad yang memperdebatkan persoalan syariat, namun juga ada banyak orang yang lebih memilih untuk diam ketika berhadapan dengan syariat. Tuhan, hati dan fikiran saya berkata bahwa syariat adalah suaraMu dan suara rasulMu, (Al-quran dan Al-hadits). Semua hal yang terangkum dalam Al-quran dan Assunah adalah syariat, selebihnya bukan. Pada dasarnya Al-quran dan Assunah memiliki derajat tertinggi dengan hal apapun, karna tidak ada karya dan orang muslim yang berani menentang dan menafikan kebenaran yang terkandung didalamnya. Itulah faktor yang membuat Al-quran dan Assunah memiliki derajat tertinggi.
Teori adalah cara untuk menemukan fakta-fakta yang kita inginkan. Namun, teori yang saya maksud disini bukanlah teori yang sering dipakai oleh kebanyakan mahasiswa atau para peneliti, tapi teori disini adalah cara untuk mengemas dan mengamalkan syariat yang beruapa Al-quran dan Assunah.
Dalam pengamatan saya, ada beragam jenis cara untuk mengemas dan mengamalkan syariat. Sebut saja misalnya orang-orang Nahdatul Ulama, tentu mereka berbeda dengan Muhamadiyah walau dalam beberapa hal ada kesamaan diantara mereka.
Membangun teori bukan hanya cukup dengan membaca buku dan media lainya, tapi menurut saya, membangun teori membutuhkan waktu, proses, dan pengalaman yang cukup lama, karna teori ini bukan hanya berbicara text dan fakta, akan tetapi teori disini juga membicarakan bagaimana ruh, pribadi dan hati kita menemukan Tuhan. Bagaimana Andan menemukan Tuhan Anda? Cara apa yang Anda gunakan untuk menemukan Tuhan Anda? Teorinya sperti apa untuk menemukan Tuhan Anda?
Saya ingin ada perubahan dalam diri dan hidup, saya sering berucap Tuhan, misalnya allahuakbar, subhanallah, astagfirullah, dan seterusnya. Tapi saya jujur bahwa degan begitu saya belum bisa menyambut mesra, lembut, dan indahnya senyuman Tuhan.
Ada beragam cara muncul untuk menghadirkan Tuhan, sebut saja teori yang popular, yaitu: Artikanlah setiap ayat-ayat Al-quran yang engkau baca ketika engkau menghadap Tuhanmu. Saya tidak ingin menyalahkankan teori ini, bagi saya hal ini baik-baik saja dan boleh-boleh saja, setau saya teori ini tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul, lalu apa hukumnya jika kita melakukan-nya? Menurut saya ini boleh-boleh saja dan wenag-wenang saja.
Pengetahuan saya berkata, bahwa Allah memberikan peringatan kepada kita agar kita selalu ingat kepadaNya dan jika kita beribadah kepada Allah maka niatlah hanya untuk mencari ridhoNya.
Selain teori diatas, ada teori lain yang popular, yaitu: menghadirkan Allah dengan cara mengingat ciptaan-ciptaannya. Misalnya langit, bumi, air, laut, gunung dan lain sebagainya. Apakah hal ini ada tuntunanya dalam Al-quran dan Assunah? Setau saya tidak ada. Memang benar, bahwa dalam setiap ciptaan Allah, apapun itu wujudnya, ada unsur kekuasaan dan keagungan di dalamnya, bagi mereka yang ingin berfikir. Lalu apa hukumya jika ada orang yang menggunakan teori ini untuk menghadirkan Tuhan? Menurut saya, boleh-boleh saja dan wenag-wenag saja.
Jujur, saya pribadi, dulu sering menggunakan dua teori diatas dan sampai sekarang terkadang saya juga masih menggunakan dua teori tersebut. Tapi, saat ini saya lebih senang dan sering menggunakan cara saya sendiri yaitu: saya merasa hina dan lemah tiada daya dimata Allah. Kondisi fikiran, hati, jasad, dan ruh yang saya miliki saya setir dan arahkan untuk selalu merasa hina, lemah, tidak berdaya, tidak punya apa-apa, tidak punya kecerdasan apa-apa, tidak punya apapun, karna semua yang ada dan semua yang saya miliki adalah titipan dan sarana dari Allah. Inilah teori yang saya gunakan untuk mengemas dan mengamalkan syariat Allah berupa Al-quran dan Assunah dalam beribadah.
Sahabat-sahabatku, teori diatas adalah untuk menemukan Tuhan secara pribadi, jadi teori diatas digunakan untuk menemukan Tuhan secara individu, dan mungkin teman-teman mempunyai teori sendiri untuk menemukan Tuhan, sungguh suatu kehormatan bagi saya jika teman-teman berkenan sharing ilmu dengan saya.
Mengemas dan mengamalkan syariat pada taraf individu tidaklah sesulit mengemas dan mengamalkanya dalam berkehidupan atau bermasyarakat, bernegara serta berbangsa. Karna, ketika kita membawa persoalan penemuan Tuhan keranah masyarakat, negara dan berbangsa, maka pertanyaan yang muncul akan berbeda. Misalnya ketika kita mencoba menemukan Tuhan pada diri kita, kita bertanya: Bagaimana cara dan seperti apa teorinya menemukan Tuhan? Tapi pertanyaan tersebut akan berubah: bagaimana kita membawa Tuhan dalam bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa? Silahkan jawab!
Banyak kalangan yang bilang, bahwa sebaik apapun orangya, jika ia sudah masuk dan menjadi bagian dari sistem pemerintahan, maka pada ahirnya ia akan menjadi buruk. Contoh lain, lihatlah kejahatan Negara-Negara maju, sebut saja Amerika, kekuasaan yang dimilikinya sering disalah gunakan untuk menindas dan merebut kekayaan Negara lain. Lalu, di mana salah mereka? Kemana Tuhan mereka? Jujur, memang tidaklah gampang dan mudah membawa Tuhan kedalam hidup kita, karna membawa itu lebih berat ketimbang sekedar menemukan. Lalu solusinya bagaimana? Apakah kita harus merubah sistem Masayarakat, Negara, dan Bangsa yang ada? Lalu dengan cara apa kita merubahnya? Silahkan jawab!
Kawan-kawanku yang tercinta, saya ingin menjawab pertanyaan diatas sesuai dengan kemampuan dan pemahaman yang saya miliki saat ini. Bagini, saya terinspirasi oleh ayah saya, pada waktu saya masih kecil dahulu, saya sering ikut dan diajak oleh sang ayah untuk berkebun, pada waktu itu ayah saya ingin menanam pohon karet, dan pada waktu itu, ayah saya bilang kepada para-pekerja: mas-mas tolong bibit pohon karet ini ditanam dengan sebaik-baiknya ya? Lalu para pekerja menjawab, iya pak! Lalu saya bertanya, memangnya kenapa yah? Lalu ayah saya menjawab: bibit pohon karet ini adalah bibit unggul atau bibit terbaik, oleh karna itu bibit ini harus ditanam secara baik dan benar, tapi jangan lupa setelah pohon ini ditanam, pohon ini harus kita rawat dengan baik, kita harus bersihkan, kita kasih pupuk, kita siram, dan lain sebagainya. Lalu kalau pohon ini sudah kita rawat selama satu tahun, pohon ini sudah tumbuh gagah dan kita tidak perlu merawatnya lagi. Kemudian saya bertanya lagi, satu tahun itu kan lama yah? Lalu kenapa setelah satu tahun pohon-pohon karet itu tidak kita rawat lagi yah? Lalu ayah saya menjawab: satu tahun itu adalah ikhtiar kita, agar nanti hasil dari pohon karet itu bagus. Kenapa kalau sudah satu tahun kita tidak perlu merawatnya lagi, itu karna pohon karetnya sudah tumbuh besar dan kuat serta sudah bisa mandiri walaupun dia diterjang angin sekuat apapun dia tidak akan roboh, paling-paling cuman ranting-rantingnya saja yang akan patah, toh nanti ranting-ranting itu akan tumbuh pulih kembali setelah beberapa bulan.
Dari cerita singkat antara saya dan sang ayah, maka saya memberanikan diri untuk menciptakan sebuah teori, bagaimana kita membawa Tuhan kedalam Bermasyarakat, Bernegara, dan Berbangsa.
Pada penjelasan diatas saya sudah menyatakan bahwa tidak mungkin kita bisa merubah sistem-sistem yang ada tanpa memiliki bekal yang cukup. Kemudian, langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah memproteksi diri kita sendiri menjadi manusia yang unggul. Maksudnya begini: siapapun akan sukses dan selamat jika ia menjadikan dirinya sebagai manusia yang unggul dan degan ke-unggulanya ia akan mampu memberi teladan yang baik serta sedikit-demi sedikit sistem akan berubah. Bagaimana caranya menjadikan diri kita menjadi manusia yang unggul, ikuti saya:
Pertama, kenali diri kita, ini adalah konsep yang paling dasar, bagaimana mengenali diri kita sendiri, ada beragam cara, diantaranya adalah dengan memikirkan dan memaknai setiap anggota dari tubuh yang kita miliki. Tanyakan pada diri kita sendiri, siapakah kita ini? Untuk apa tangan ini? Untuk apa mulut, kaki, mata ini? Siapa yang menciptakan ini dan untuk apa kita lahir kedunia ini? Dan seterusnya, tapi ini butuh proses waktu, dan proses itu adalah tirakat atau ikhtiar, seperti yang ayah saya bilang dalam cerita di atas. Di mata allah, semua manusia pada dasarnya adalah bibit unggul, Allah tidak pernah berkata darah biru, keturunan raja, keturunan wali dan lain sebagainya.
Kedua, pelajari syariat, karna setelah kita faham betul siapa dan apa diri kita, pasti kita akan butuh petunjuk dan arahan, maka syariatlah yang akan menjadi baju kita.
Ketiga, temukan siapa yang membuat syariat itu, carilah ia walau sampai keujung dunia dan ujung langit carilah dia temukanlah dia, karna jika kita sudah benar-benar menemukan dia, saya yakin seyakin-yakinya, siapapun itu, dia tidak akan bisa berubah, dan tidak akan goyah, dan tidak akan rapuh, dan tidak akan jatuh, kecuali Allah yang menghendakinya.
Itulah tiga elemen yang insyaallah akan membuat kita mampu membawa Tuhan kita, dimanapun kita berada, baik itu dimasyarakat, dalam beregara, dan dalam berbangsa sekalipun.
Memang manusia tidak terlepas dari salah dan khilaf, tapi seperti yang ayah saya bilang dalam cerita di atas, “mungkin ranting-ranting itu akan patah, tapi lihatlah ia akan tumbuh bersemi beberapa bulan kemudia”.
Setelah pembahasan mengenai cara menghadirkan Tuhan, berikut dengan cara untuk menghadirkanya, terasa tidak lenglkap jika tidak membahas, bagaimana hakikat Tuhan pada diri kita, sperti apa refleksinya? Jawablah!
Teman-temanku tercinta, seperti apa hakekat eksistensi Tuhan pada diri Anda? Ketika Anda sudah menggunakan cara dan ketika Anda sudah menemukan Tuhan Anda, lalu sperti apa sejatinya Tuhan Anda itu? Jawablah!
Para ulama sufi menyebut ini sebagai ma`rifah, ma`rifat sejati atau tingkatan pencapaian tertinggi bagi ummat manusia dalam beribadah dan mencari ridho Allah, subhanallah..
Banyak orang dan ulama yang sering memberikan pernyataan seperti ini: kiyai itu ma`rifat lho? Kiyai itu tau sak-jerone-winarah lho? (bisa melihat semua ciptaan allah dengan mata batinya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu). Baiklah kawan, mari kita tinggalkan ucapan-ucapan tersebut.
Begini sahabt-sahabatku, ketika kita beribadah kepada Tuhan, apa refleksi yang kita rasakan? Ini beragam, ada orang yang ketika berhubungan dengan Tuhanya ia menagis, ada yang bersedih, ada yang diam, ada yang tersenyum, dan lainsebagainya. Lagi-lagi ini relatif, karna setiap individu memiliki pengalaman dan nilai tersendiri walaupun terkadang ada beberapa yang memiliki kesamaan.
Tahukah Anda? Ketika kita menagis, ketika kita bersedih, ketika kita diam dan ketika kita tersenyum itu semua adalah ma`rifat yang sesungguhnya. Masih bingung? Lebih mudahnya begini, ketika kita menagis, tanpa kita sadari dan kita fahami bahwa itu sebenarnya adalah penglihatan/ma`rifat dari ruh dan hati kita terhadap Tuhan, Tuhan yang telah kita hadirkan dalam diri kita. Sedangkan tangisan kita adalah refleksi dari kehadiran Tuhan. Lagi, ketika kita tersenyum, itulah ma`rifat sejati, karna pada saat kita tersenyum, sebenarnya ruh dan hati kita melihat kehadiran Tuhan, dan senyuman itu adalah refleksi dari kehadiran Tuhan dalam diri kita. Inilah hakikat atau ma`rifat yang saya fahami, saya maknai dan saya jalani saat ini, sekali lagi saya akan sangat berterimakasih kepada teman-teman jika berkenan membagi sedikit ilmunya dengan saya.
NOTE: Tulisan di atas adalah murni pendapat dan pemikiran pribadi, dan hak cipta ada ditangan penulis.
Kata mutiara.. ..
-Dunia adalah: semua hal apapun itu yang menghalangi ummat manusia untuk beribadah secara indah dan syahdu dengan Tuhan
-Ahirat adalah: semua hal apapun itu yang mendorong ummat manusia untuk selalu mendekatkan diri, bersama dengan Tuhan sang maha agung lagi maha lembut






Wednesday, May 4, 2011

Cerita dalam realitas: KOPI dan ROKOK

Kopi telah banyak menyerang manusia-manusia di belahan dunia. Peran kopi sangat dominan bagi banyak golongan, ras, suku, dareah dan lain sebagainya. Saya sendiri sudah bertahun-tahun menjadi penikmat minuman kopi, hal ini terjadi karna dari kecil saya sudah terbiasa melihat orang tua saya membuat kopi disetiap pagi, siang dan malam hari. Oleh karna itu, minum kopi bagi saya adalah hal yang biasa karna memang kopi adalah minuman saya sejak kecil. Ayah dan ibu saya setiap hari meminum kopi, khususnya ayah saya, dalam satu hari minimal tiga kali minum kopi. Konon katanya bahwa kopi sebenarnya berasal dari bahasa arab “qahwah” yang artinya kekuatan, jadi bisa dibilang, bahwa barang siapa yang meminum kopi, maka ia akan mendapatkan kekuatan (lughawi). Selain itu, menurut medis, kopi dapat mencegah penyakit kanker, diabetes, dan penyakit jantung lainya. Berdasarkan penjelasan ini, mungkin sebaiknya para koruptor setiap hari harus mengkonsumsi minuman kopi sebanyak-banyaknya agar tidak jantungan dan setrok. Hehe..
Alkisah dari beberapa teman di Jogjakarta yang kebiasaanya meminum kopi dan jika tanpa kopi fikiran mereka akan buntu atau bahasa jawanya butek. Saya memiliki banyak teman yang jika hidupnya hampa dan vakum tanpa kopi, sebut saja faizy, aziz, samsul, mahfud, halim, maskur, udin, alawi, dan lain sebagainya. Dari sekian teman-teman yang kebiasaanya tidak bisa hidup tanpa kopi, ada beberapa kisah menarik dariya, ikuti saya ya?
Faizy, punya kisah unik dengan kopi. Ketika faizy masih kuliah di Jogjakarta, saya menemukan keunikan darinya dan dari secangkir kopinya. Suatu ketika, saya mengajak dia untuk membicaran tentang hal keilmuan, dia sering bilang “Berat-Berat”, dan ternyata bukan cuman ketika berbicang dengan saya tapi kata “Berat-Berat” juga ia utarakan keteman-teman yang lain. Tapi ketika tanganya sudah menyentuh tangkai cangkir yang berisi kopi, pernyataan faizy jadi berubah yang tadinya berat-berat berubah menjadi “piye-piye/gimana-gimana”. Pernyataan itu pun akan berubah ketika cangkir kopi sudah di angkat dan diseruput/diminum (seruputan pertama) yang tadinya pernyataanya “piye-piye berubah menjadi “menurut saya begini” dan ketika seruputan kopi itu berlanjut maka perdebatan dan sharing ilmu pun bisa dimulai dan berjalan lancar. Disamping itu, ada factor pendukung selain kopi, yaitu rokok yang selalu terjepit dijarinya, memang agak sedikit unik dan aneh bagi orang yang tidak pernah merasakan kopi dan rokok, tapi sebenarnya ini biasa terjadi dikalangan penikmat kopi dan rokok, yang terpenting rokok dan kopi bisa membuatnya produktif dalam berfikir dan membangun kemampuan kualitas keilmuan mereka, faizy dan teman-teman. Asumsi publik mengatakan bahwa kopi itu hanya untuk menahan rasa kantuk apalagi perempuan, ketika ditanya tentang kopi pasti jawabnya: biar gak ngantuk ya? Hehe… tentu bagi penikmat kopi sejati ketawa, karna kopi bukan hanya menghilangkan rasa kantuk, tapi juga mngencerkan otak, membuat otak fresh dan ready untuk bekerja, serta membuat tubuh tidak loyo dan lebih tahan lama alias prima.
Beberapa waktu yang lalu di Jogjakarta, saya pergi dengan teman saya aziz untuk meminum kopi di warung kopi faforit, tanpa sengaja aziz bertanya: kalau kamu dalam satu hari gak minum kopi rasanya gimana? Saya jawab apa adanya, kopi memang penting buat saya karna itu minuman saya sejak kecil, tapi jika tidak minum juga tidak apa-apa. Lalu aziz membuat pernyataan diri: kalau saya dalam satu hari gak minum kopi gak bisa, pokoknya wajib/wadifah minum kopi dalam satu hari, emang kalau tidak kenapa? Tanya saya ke aziz, kemudia aziz agak menggoyangkan badanya lalu berkata, saya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kopi, maksudnya otak saya tidak jalan kalau tidak minum kopi, sementara saat ini saya sedang proses penyelesaian skripsi, jadi otak saya memang butuh suplemen untuk mendongkrak ide dan gagasan guna menunjang kualitas skripsi saya. Sejenak saya bengong dan termenung sambil berkata dalam hati, “kok bisa sampe segitunya”, tapi inilah realitas.
Pernah satu ketika saya main ke-kediamanya faizy, begitu saya sampai dirumahnya maka langsung kopi lah suguhanya. Ternyata kopi bukan hanya alat pendongkrak fikiran individu, tapi juga bisa menjadi alat keakraban, dengan kopi suasana ngobrol menjadi santai, ramah, meriah dan penuk keakraban.
Pernah pula suatu ketika saya diajak teman-teman untuk mengikuti pengajian ulang tahun muhamadiyah yang penceramahnya adalah sang budayawan yogyakarata, MH. Ainun najib (cak nun), ini adalah kali pertama saya mendengarkan ceramah beliau. Ada yang unik dan berani dalam materi ceramahnya, beliau membuat pernyataan: Beberapa waktu yang lalu ada beberapa tokoh agama muhamadiyah yang melobi ke MUI agar kiranya MUI mau mengeluarkan fatwa bahwa rokok itu haram, lalu keluarlah fatwa itu. Tapi ketika itu juga cak nun berkata, ojo kesusu ngomong haram-haram, saiki aku ngidupin rokok sek, dan benar dia merokok di hadapan jamaah( jangan terburu-buru mengklaim bahwa rokok itu haram, sekarang saya ngidupin rokok dulu dan benar seketika itu juga cak nun merokok di hadapan para jamaah). Ungkapan lucu beliau setelah itu adalah: lanag kok ra ngerokok lan ra ngombe kopi! Lanang opo kuwi! (laki-laki kok tidak merokok dan tidak minum kopi, itu laki-laki jenis apa!), lalu serentak audien pun tertawa termasuk saya. Catatan saya: fatwa apapun itu tidak penting yang terpenting adalah apakah fatwa itu betul-betul di-ikuti atau tidak.
Inilah sedikit cerita dalam realita semoga bisa membuat saya, kamu, anda, mereka dan pembaca terhibur serta mendapat sedikit wawasan.


Friday, April 29, 2011

Sebuah Persembahan Kepada Gus Mus


Oleh: Erianto

Engkau cakar-cakar ranting kebodohan

Kau cabik-cabik tonggak kegelapan

Baru dua hari aku mengenal-mu

Tapi aku tak bisa mencegah hatiku untuk berhenti berkata-kata

 Lewat jari-jari lemah dan hina aku percikkan

Aku coba melukiskan serat nadi pergolakanmu

Aku coba meniti kemana arus telaga istanamu

“perjalanan yang kini coba engkau terapkan”

Kau kendarai keributan yang seolah tak terhentikan walau raksasa penggeraknya

Kau setir kegelapan yang kini menjadi dinding satir kesucian

Kau tarik mereka kearah yang insyaallah tertuang dalam Al-quran

Walau sajak menyayat yang coba kau pertaruhkan

Sungguh ketulusan dan ketegaran darimu, sang cahaya Rembang

Semoga cakrawala alam menemui gempita pesona indahmu, sang cahaya Rembang

yogyakarta, 29 April

Tuesday, April 26, 2011

KITAB KU YANG MALANG


wahai Alquran, aku melihatmu, merasakanmu, dalam benak, fikiran dan dalamnya hatiku, bahwa ahir-ahir ini jiwamu terlihat resah, gelisah, sedih, seolah pasrah. Ada gerangan apakah yang menimpa dirimu, bisakah engkau ceritakan padaku? Jangan engkau bersedih, karna memang sepertinya para-manusia memang sudah banyak yang melupakanmu “mendalami dan mengamalkan”, mungkin Tuhan mulai enggan melihat manusia yang setiap hari hanya bertikai, berlomba dalam harta, pangkat, dan wanita, maka pantaslah jika engkau (Al-quran) terlupakan, karna memang engkau melarang akan hal tersebut, dan mungkin Tuhan-mu akan kembali menarikmu dalam genggaman kekuasaanya.
Keluh kesah alquran akan prilaku umat manusia di zaman yang tak menentu, semua keadaan, pencapaian, seolah mengambang dalam awan biru nan kehitaman. Kesedihan dan empati aku haturkan kepadamu, duhai Al-quran. Sedikit-demi sedikit aku membacamu dan merenungkan akan makna yang kau miliki, walau hanya setetes, aku harap kesedihan-mu tidak kau tujukan kepadaku, namun kepada mereka yang betul-betul lupa akan dirimu.
Gundahmu memang sudah seharusnya engkau tampakkan agar ruh-mu bisa bangkit kembali,lewat kesadaran banyak kalangan untuk kembali membaca dan mengamalkan isi-isi kandungan yang engkau terangkan lewat ilham Tuhan sang pencetus Al-quran, jangan lah engkau bimbang, singkirkan kesedihanmu, akan ulah manusia di bumi Tuhan-mu, tapi tersenyumlah, karna senyum-mu menunjukkan ke-optimisan yang berakibat pada kembalinya manusia untuk membaca dan mempelajarimu, sampai pada level mengamalkan-mu, buang dukamu, buang lara-mu karna aku turut mendoakan-mu.
Duhai Al-quran, torehan-mu tak terkalahkan, konsepmu tak terbantahkan, tidak ada satu kitab atau karya dari manusia sepanjang zaman yang mampu menandingi indah dan tingginya wujudmu, itulah predikat dan pangkat yang diberikan oleh Tuhan-mu dan Tuhanku, dan Tuhan mereka, dan Tuhan kita, dan Tuhan alam semesta. Memang tidak sedikit kalangan yang meragukan bahkan meng-kafirkan-mu, tapi engkau tahu bahwa kebenaran itu haruslah teruji, dan protes mereka adalah ujian yang harus engkau hadapi, bukan hinaan, tapi itu ujian dan cobaan yang Tuhan limpahkan kepadamu, agar engkau faham bahwa ada proses dalam kehidupan, yang pada akhirnya mereka hanya bisa terdiam karna semua yang mereka lakukan tidak sedikitpun mampu membuatmu gemeteran, karna semua yang engkau miliki adalah kebenaran yang langsung dijamin oleh Tuhan.
Lihatlah kasus-kasus yang berhubungan denganmu, sebut saja kasus jender tempo dulu, kasus ahmadiyah beberapa waktu yang lalu, kasus pornografi, korupsi, hingga kasus yang dibawa oleh beberapa film khususnya film yang baru meluncur beberapa hari yang lalu “Tanda Tanya, Anum Bramantiyo”. Aku faham duhai Al-quran, bahwa engkau tak mungkin bisa turun tangan, tapi aku yaqin bahwa ruhmu merintih, menangis, laksana hujan dari langit yang deras menghantam, tapi aku ingin menegaskan bahwa semua itu bukanlah hinaan, bukan cacian, apalagi penodaan, tapi semua itu adalah proses yang telah diberikan oleh Tuhan, agar kebenaran-mu sah di mata alam dan manusia. Kalau banyak kalangan yang mencoba menyebut bagian dari dirimu, itu juga bagian dari rencana Tuhan untuk menjadikan-mu berperan dalam kehidupan, walau tidak semuanya Tulus mereka lakukan, dan tidak sedikit pula yang menjadikanmu sebagai tameng dari hitamnya mereka, tapi inilah kehidupan, inilah dunia manusia yang penuh fata morgana dan kepalsuan, aku tau engkau pasti faham akan penjelasan yang coba aku paparkan, tapi kenapa sedihmu masih engkau tampakkan! Sudahlah biarkan dirimu tenang, biarkan dirimu tetap tersenyum karna Tuhan akan menghiburmu dengan manusia-manusia pilihan, bersabarlah wahai Al-quran, itulah dukungan yang bisa aku berikan.
Engkau telah menjelaskan secara jelas dan gamblang tentang bagaimana hidup, dan berkehidupan, bukan salahmu duhai Al-quran, tapi ini salahku dan salah mereka yang telah meninggalkan dan meluppakan-mu. Aku faham engkau jenuh melihat prilaku manusia yang terus bersebrangan dengan apa yang ingin coba engkau berikan, tapi jangn lah sedihmu terus kau perlihatkan, karna kesedihan yang berkepanjangan akan menjadikan manusia enggan dan seolah tak ada harapan. Engkau tau, kini aku mulai memprotes diriku sendiri karna sering melupakan-mu, tak mau membacamu, tak ingin mengamalkan-mu, tapi aku ingin jujur padamu, bahwa kini aku mulai bertindak menujumu, aku harap engkau tak jemu-jemu duduk dan bersamaku, walau keistikomahan belum bisa aku berikan padamu, bersabarlah akan diriku, dan tetap bertahanlah bersamaku, bukan aku ingin membujuk dan merayumu, tapi semua ini aku lakukan untuk Tuhan-mu, Tuhanku, Tuhan, mereka dan Tuhan alam semesta.
Duhai Al-quran, bukankah engkau malas melihat ulah manusia yang melupakan-mu, tapi sudahlah jangan kau teruskan bosan dan kesalmu, cukuplah engkau dan Tuhanmu yang tahu. Tapi, aku berharap engkau berkenan melihatku, mengawasiku, menemaniku, karna aku sadar tanpamu, jalan mana-lagi yang harus aku lalui, Tujuan apa yang harus aku susun, sungguh aku tak mampu untuk semua itu, oleh karna itu, Tumpuanku hanya padamu, jalanku adalah jalan yang engkau miliki, kini tuntun aku, kini bimbing aku, karna aku ingin bersamamu dengan jalan-mu untuk menuju Tuhan yang satu, yaitu Allah, Tuhanmu, Tuhanku, Tuhan mereka dan tuhanya alam semesta. Semoga bermanfaat.

TANGGUNG JAWAB

Kekasihku, apa arti dari tanggung jawab itu aku tak mengerti, tanganku rasanya ingin sekali melukiskanya dalam torehan indah, namun otak dan fikiranku terasa berat ketika aku harus menuangkan dan menggartikan kata “Tanggung Jawab”. Aku takut, aku gelisah, ketika cintamu memintaku berucap dan bertanggung jawab atas semua tindakan yang telah aku lakukan pedamu, kekasihku. Aku geleng-gelengkan kepalaku, aku angguk-anggukakan kepalaku, berharap aku bisa memaknai kata Tanggung Jawab, tapi sampai pada alenia ini aku belum juga bisa mengartikanya, sayang. Apa yang harus aku tulis, apa yang harus aku tuangkan, aku tidak faham apa itu tanggung jawab, bantu aku sayang, bantu aku lewat getar cinta yang kau miliki, bantu aku. Kamu tau, kini disampingku hanya ada secangkir kopi, ia menemaniku, kita bersama mencoba menguak seluas dan setajam apa arti dan makna dari kata tanggung jawab. Tapi, itupun belum bisa membuka mindaku, aku belum bisa menarik benag merah dari kata tanggung jawab, sayang. Bantu aku, bantu aku sayang lewat lembut sentuhan cintmu, agar aku bisa menafsirkan kata tanggung jawab, bantu aku, bantu aku sayang. Sayang, kenapa engkau hanya terdiam, bukankah ini permintaanmu, bukankah ini keinginanmu, bukankah semua ini harapanmu, tapi kenapa engkau hanya diam mebisu, ayo berseru, coba katakana sesuatu, apa itu arti dari tnggung jawab itu. Kamu tau sayang, kini ditanganku ada sebatang rokok sampurna, aku menambah satu media untuk membantuku membongkar misteri dari kata tanggung jawab, tapi hingga alenia ini, aku belum bisa berkat apa-apa, belum bisa berbuat apa-apa, ayo kekasihku, berikan idemu, berikan supportmu agar aku bisa menembus dinding tebal dari sebuah arti kata tanggung jawab. Ya sudahlah kalau kamu tidak ingin membantu, biarkan aku sendiri.
Bismilahirrahmannirrahim…..
Tanggung jawab, aku sering mendengar kata ini, kamu dan mereka pasti juga sering mendengar kata-kata tanggung jawab. aku masih ingat terhadap kejadian beberapa tahun lalu yang menimpaku pada saat aku masih semester tiga (3), kala itu aku mengambil salah satu mata kuliah wajib, yaitu constitutional law. Ketika itu, sang dosen meminta semua mahasiswa untuk membuat tugas yang nantinya dipresentasikan dihadapan kelas, dan hal itu nantinya akan menjadi penunjang nilai pada saat ahir semester. Namu, saat itu aku tidak mengerjakan apa yang diminta oleh sang dosen, lalu sang dosen memberiku waktu untuk mengerjakanya, sampai pada taraf itu, aku belum juga mengerjakanya. Saat dosen tau bahwa aku belum mengerjakanya, lalu sontak sang dosen marah besar, mukanya terlihat garang nan kemerahan, waduh mati aku, tutur hatiku. Lalu sang dosen berkata” kamu tidak punya tanggung jawab sama sekali”. Dari sedikit cerita ini, bisa aku simpulkan bahwa tanggung jawab itu adalah tindakan untuk memenuhi tugas dan kewajiban. Jadi ringkasnya begini, setiap tindakan yang memiliki unsur pemenuhan tugas dan kewajiban, maka hal itu bisa dibilang tindakan yang bertanggung jawab. kalau umpamanya kata tanggung jawab diterapkan pada manusia maka kira-kira begini: orang yang bertanggung jawab adalah orang yang bisa menjalankan tugas dan kewajibanya dengan baik. Tapi kalau kita bawa hal ini dalam dunia praktis atau dunia nyata, maka makna dan jabaran dari kata tanggung jawab tidak sesederhana itu. Satu contoh, ketika ada mahasiswa yang dalam proses belajarnya tidak bisa selesai tepat pada waktunya, apakah itu berarti termasuk orang yang tidak bertanggung jawab? nanti dulu. Lagi, ketika ada mahasiswa yang tidak bisa mengikuti perkuliyahan secara tertib, misalnya dalam satu minggu ada empat kali pertemuan, tapi mahasiswa itu tidak bisa mengikuti perkuliyahan tersebut secara maksimal, bahkan mungkin tidak bisa mengikuti secara keseluruhan. Apakah kedua contoh di atas menunjukkan seseorang tersebut tidak bertanggung jawab? secara text atau konsep menurut aku iya, bahwa orang tersebut tidak bertanggung jawab. tapi ada yang paling penting, ketimbang melihatnya dari text belaka, yaitu melalui fakta dan kenyataan. Maksudnya begini, betul secara text orang tersebut tidak bertanggung jawab, tapi aku percaya bahwa ada proses dalam sebuah kehidupan, untuk bisa mewujudkan semua tugas dan kewajiban bukanlah hal yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan, semua itu butuh proses. Bisa jadi orang tersebut, tidak bisa memenuhi semua tugas dan kewajibanya karna ada alasan tertentu, apa itu alasanya hanya dia dan hidupnya dan tuhan yang tahu, karna hakekat kehidupan bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk masuk kuliyah dan memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Waduh jadi runyam gini, gimana ya? Gini saja, tanggung jawab itu adalah hal yang harus dipenuhi, namun kita juga harus memahami bahwa dalam proses mencapai itu semua membutuhkan banyak elemen dan waktu. Saying, Hanya ini yang bisa aku tuliskan untuk subjek kata tanggung jawab. semoga kedepan akan muncul ide-ide dan gagasan yang lebih cerah. Erianto-yogyakata-27-2011

Monday, April 25, 2011

ASPEK MORAL

Kata” Moral” bukanlah hal yang asing terdengar di telinga kita, pasti kita sangat sering mendengar hal itu, namun pernahkah terlintas dibenak kita, dan bertanya, apa sebenarnya aspek moral itu, apakah kita setuju dengan ungkapan” I have my cousins and sometimes we act together; but they have their own cousins who are not mine and so on indefinitely…Each person is, as it were, in touch with a number of other people, some of whom are directly in touch with each other and some whom are not (Barnes 1990,p. 72)”. Walaupun pada awalnya theory ini adalah murni untuk antropologi budaya, yang diperuntukkan pada sebuah gambaran hubungan sosial antara-sesama-tapi disini saya melihat ini dari sisi aspek moralnya, yaitu reaksi dari akibat hubungan social nerwork antara-satu dengan yang lain. Lebih jelasnya begini, apakah aspek moral itu terletak atau timbul dari akibat hubungan antara satu dengan yang lainya, seperti yang tertera dalam penjelasan di atas? Apakah semua akibat dari hubungan tersebut bisa dikatakan sebagai aspek moral? Jawabnya tergantung, karna sesungguhnya aspek moral itu bertebaran dimana-mana, sangat luas cakupanya. Lihatlah, budaya, kondisi, lingkungan, pendidikan, dan lainya, itu semua akan membuat aspek moral tak terbatas dan tak terukur. Berprilaku baiklah anda, maka anda akan terbilang bermoral. Berkata jujurlah anda, maka anda akan terbilang bermoral. Apakah sesederhana itu aspek moral? Lagi, tentu kita masih ingat, disaat masa kecil dahulu, kedua orang tua kita menanamkan banyak hal, sebut saja ketika kita di didik untuk membaca abjad, diajarkan untuk blajar berhitung, dan banyak pelajaran lainya. Apakah semua itu tergolong aspek moral? menurut aku, iya, bahwa hal tersebut adalah bagian dari aspek moral. coba kita sedikit bawa hal ini ke system Negara, begini, apakah moral Negara itu? Apakah hukum yang ada adalah cermin dari moral bangsa? Bagi aku iya, bahwa itu adalah bagian dari aspek moral, walau tidak keseluruhan hukum positif mewakili moralitas dari setiap warga Negara Indonesia. Ada theory hukum yang mengatakan bahwa” law without morality is not law at all” lalu apa ukuran moral dimata hukum? Sebenarnya ini agak kompleks, karna jika kita bicara hukum dan moralitas, maka yang bisa membedakan diantaranya adalah dalam hal pengakuan. Ketika hukum itu berlaku dan diterapkan oleh sebuah Negara, maka itu artinya hukum tersebut telah mendapt pengakuan dari rakyat, lalu apakah itu berarti hukum tersebut mempunyai aspek moral, dan bisa dibilang mewakili moralitas dari seluruh rakyat Indonesia? Menurut aku iya, bahwa itu adalah bagian dari aspek moral, walau sebenarnya hukum tersebut tidaklah mewakili moralitas rakyat secara keseluruhan. Karna sekali lagi, bahwa aspek moral itu sangat luas cakupanya, ia bisa kita dapatkan bukan hanya pada taraf Negara, tapi juga bisa kita dapatkan pada taraf, individu, keluarga, masyarakat, alam, text, dan lain sebagainya. Kini mari kita kembali bicara aspekmoral pada taraf individu saja, biar tidak runyam dan lebih mudah untuk dibatasi. Anda, mereka, pasti mempunyai perbedaan dalam menilai sesuatu dan pasti berbeda pula dalam menilai bahwa sesuatu tersebut adalah bagian dari moral atau bukan, oleh karna itu menghargai perbedaan adalah penting, karna itu adalah bagian dari aspek moral. diahir catatan ini, aku ingin mengatakan bahwa aspek moral terpenting adalah; ketika saya menemukan sesuatu yang sangat istimewa, sangat special, dan hal itu diatas segala-galanya, baik itu hidup, masa depan, atu apapun itu, dan saya selalu berusaha untuk mendapatkannya apapun yang terjadi saya tidak perduli, walau terkadang cara untuk mendapatkannya tidak selalu mulus dan bersih, tapi itu tidak menjadi persoalan, karna saya tau, bahwa sesuatu yang spesial itu, adalah hasil terbaik yang saya dapatkan, yang saya miliki dalam hidup, dengan tulus dan ikhlas dari hati dan perasaan saya, yaitu tuhan yang maha esa, allah subhanahuwataala, itulah aspek moral yang sebenarnya dalam diri dan hidup saya. Erianto, Yogyakarta, 26 maret 2011.

Friday, March 25, 2011

KISAHKU DAN SANG PELANGI HARAPAN AHMAD ADIB FAIZY

Susah, blank, berat, ketika aku mencoba melukis kehidupan sahabat saya yang satu ini (ahmad adib faizy), rasanya begitu sukar untuk menguak hikmah dan pelita yang ia cari dalam kehidupan, sampai sekarang saya belum faham dan sulit mengartikan, kira-kira apa yang ia cari, apa yang ia inginkan, entahlah akupun kurang faham, tapi naluriku berkata ada beberapa hal yang sepertinya perlu untuk diungkapkan, pertama, untuk pelajaran, kedua, cermin kehidupan, ketiga, menguak misteri alam, semoga apa yang kita inginkan bisa terkabulkan. Memandang jam di meja dekat tempat laptopku, waduh aku agak kesal, ternya waktu sudah menjelang malam, sementara aku belum makan, semoga aku bisa menyelesaikan catatan dan semoga hasilnya bisa menyenagkan, kawan.
Pelangi di senja itu memerah, melantunkan sinar terang nan kecoklatan, tentu indah bukan! ia seolah tau bahwa aku akan bertemu dengan seseorang yang nantinya akan menjadi sahabat dan kawan. pertemuan ku dengan faiz tidaklah serta merta begitu saja, ada sedikit lika-liku didalamnya hingga pada ahirnya aku dipertemukan dan sekaligus menjadi teman. Berawal dari bismillah dan salawat kini aku mencoba menggambarkan seratus, bahkan mungkin seribu kata dan kiasan yang aku peruntukkan kepadanya faiz, sang pelangi harapan. Jogjakarta saksi nyata perjalananmu dan perkenalan kita, tentu kamu masih ingat kawan.
Aku masih bisa melihat dengan jelas, saat pertama kali kita bertemu, kamu dengan motor jupitermu, kamu dengan jaket itemmu, lalu kau sapa aku, kau tatap aku, seolah kau ingin berkata sesuatu, tapi biarlah momen itu kita lewatkan dulu, agar catatan ini tidak terkesan romantic dan lugu, tapi setidaknya bisa membuat kita kembali saling mengingatkan hal yang baik, seperti dulu.
Faiz, aku ingat sekali, ketika setiap hari kau harus bangun pagi dan bergegas berangkat kuliah, karna jarak tempuhmu sangat jauh dari kampus yang kamu tuju, tentu itu bukan hal yang mudah, karna jarak yang jauh terkadang membuat kita malas untuk menjalaninya tapi hal itu tidak terjadi padamu dikala itu, tentu hal ini juga masih terbayang jelas dimata dan fikiranmu. Saat itu,kita sering dan selalu bersama dalam banyak hal, aku masih ingat, ketika kau mengajakku bersilaturrahmi kerumah gurumu, (pak kholid), aku tau engkau menimba ilmu agama denganya, aku ingat ketika melihatu ngaji hadis bersamanya, dan bahkan aku ingat ketika gurumu membacakan hadis yang menjelaskan tentang kedermawanan, bahwa kita hidup harus saling berdampingan, hadis itu menjelaskan juga ada sahabat yang sebenarnya kekurangan secara materi, tapi sahabat itu lebih mengutamakan orang lain ketimbang istri dan anaknya, sungguh contoh yang luar biasa yang aku dapatkan, kira-kira begitulah maksud dari hadis yang kala itu aku dapatkan, dari gurumu dan darimu, kawan.
Faiz, aku melihat kesederhanaan terpampang dalam lubuk hatimu yang paling dalam, beberapa orang mengatakan bahwa engkau keturunan bangsawan, berdarah biru nan gagah rupawan sungguh menakjubkan bagi para perempuan, tapi engkau tidak pernah menjadikan itu sebagai alat untuk menekan, apalagi jaim dan soksoan, sungguh luarbiasa dirimu, kawan.
Beberapa kali raut seram, emosi, suntuk, gundah, kau tampakkan, tapi itu semua karna engkau inginkan perubahan, perubahan yang mungkin masih sulit engkau dapatkan, apapun itu engkau tetap pelagi harapan, kau balut semua itu, lalu kau hidup bersahaja, berdampingan, kau hidup dengan sesama, kau hidup tanpa pernah bersandiwara, begitulah ketika aku mencoba membaca. Maaf kawan, tapi aku melihat jiwamu yang gundah kala itu, engkau seolah resah, kehidupanmu di jogja mulai goyah walau aku tau bahwa kamu bukanlah orang yang mudah menyerah, tapi saat itu aku benar-benar melihatmu goyah. Ternyata tak lama berselang engkau pergi, engkau kembali dalam istana mimpimu.
Kini engkau telah meninggalkanku sendiri di jogja yang penuh teka-teki, kau biarkan aku mengarungi hidup sendiri, padahal aku ingin melihatmu tersenyum di sini, tapi apa yang bisa aku beri, mungkin ini sudah suratan ilahi yang mengharuskan kita pisah dan tidak bersama lagi.
Setelah kau pergi, sesekali kau sms dan sesekali aku sms, ternya jarak bukanlah pemisah sejati dalam sejarah kehidupan manusia, sampai saat ini aku masih bisa berkomunikasi denganmu, dan aku masih ingat sekali, ketika diujung jalanmu kau ucapkan, yang penting kita saling komunikasi dan komunikasi (selamat berjuang kawan).
Pernah aku berusaha keras untuk meyakinkanmu bahwa kamu bisa, aku mendukungmu lewat pendapat dan saran karna hanya itu yang bisa aku berikan, tapi sekali lagi, semua tujuan dan impian hanya engkau dan tuhan lah yang menentukan, sementara aku hanya bisa mendoakan, bukan begitu kawan.
Engkau masih ingat ketika aku datang mengunjungimu, sebenarnya aku punya harapan besar padamu wahai sang pelangi harapan, karna menurutku engkau punya bakat yang terpendam, bakat yang menurutku susah untuk ditemukan, walau aku tidak tau apa itu, tapi yang pasti hal itu sangat luar biasa dan sangat dibutuhkan bagi kehidupan.
Saat itu aku pernah menjulukimu kiyai tarikat, apa engkau tau bahwa itu adalah bagian pendapatku tentang dirimu,,jauh dalam hatiku berkata aku ingin kamu bangkit dan mencoba melakukan sesuatu, aku ingin engkau tau bahwa aku mendukungmu, walau aku sadar bahwa aku bukanlah penentu dari segala arah dan tujuan, tapi itulah harapan kawan, itulah harapan yang coba aku berikan, untukmu faiz sang pelangi harapan.
Aku melihat perbedaan antara kamu dengan yang lainya, kamu bukan mereka yang gilaharta, tahta, dan lainya. (wanita mungkin, tapi wajar karna km belum kawin, iklan.com). lingkunganmu jauh berbeda dengan lingkungan yang aku jalani, lingkunganmu memang membutuhkan sosok yang luar biasa kawan, mungkin itu yang perlu kamu pertimbangkan, ini bukan ajaran, tapi hanya saran kawan. Masyarakat rindu rangkulan darimu, masyarakat rindu akan sosok yang mampu hidup selaras dengan mereka dan sosok itu ada di kamu, ini bukan kepastian tapi ini hanya pandangan, kawan. Untuk belajar, masyarakat tidak butuh kemewahan, masyarakat tidak butuh gelar bangsawan, masyarakat tidak butuh gelar yang disandang, tapi masyarakat butuh pencerahan, masyarakat butuh ilmu, yang semua itu disampaikan dengan cara yang sederhana, bersahaja, bersahabat, dan aku melihat jelas figure itu ada pada dirimu, oleh karna itu gunakan waktumu, gunakan kesempatanmu, karna aku mendukungmu dan karna kamu bisa melakukan itu. Berjuanglah untukmu, keluargamu, masyarakatmu, bangsamu, terus semangat dan jangan lupa aku, trimakasih atas semua hal yang pernah kau berikan kepadaku, semoga allah menyanyangimu. Amin
Sekian sedikit catatan yang mampu aku curahkan, semoga hikmah dapat aku telaah dan menjadi hasabah, dan semoga yang membaca mendapat sedikit wacana. Amin. Jogjakarta 25-maret-2011



 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Deals